Kamis, 06 Januari 2011

ASCARIASIS

Ascariasis adalah salah satu penyakit yang sering menyerang ayam, yang disebabkan oleh parasit cacing yaitu ascaridia, termasuk anggota dari Filum: Nemathelminthes; Famili: Ascaridae yang secara umum terdapat di dalam usus kecil berbagai burung piaraan dan liar (Jones dan Hunt 1983; Soulsby, 1982). Penyakit ini pada ayam sangat tinggi sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat berarti. Meskipun tidak menimbulkan kematian, namun ayam yang menderita ascariasis dapat menyebabkan infeksi subklinis dan anoreksia (Darmawi, 2007). Morfologinya badan gemuk putih, betina berukuran 12 cm (Fahrimal, 2003) dan yang jantan panjangnya 5-7 cm. Siklus hidup langsung, larva infektif masuk ke dalam tubuh induk semang melalui mulut (Hungerford, 1969).

Cacing Ascaridia terbagi lagi dalam beberapa spesies antara lain; Ascaridia galli, Ascaridia dissimilis, Ascaridia numidae, Ascaridia columbae, Ascaridia Compar dan Ascaridia bonasae. Selain berparasit pada ayam, Ascaridia galli juga ditemukan pada kalkun, burung dara, itik dan angsa (Tabbu, 2002).

Akoso (1998) dan Oka (2005) mengatakan Ascaridia galli (cacing gilik) paling banyak dijumpai pada peternakan unggas (ayam) dan menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar setiap tahun. Penyakit ini terutama banyak dijumpai pada ayam buras karena jenis ayam ini sedikit banyak dipengaruhi oleh cara pemeliharaan secara tradisional. Cacing Ascaridia pertama kali dilaporkan untuk pertama kali pada tahun 1788 oleh Schrank dan Semarang diketahui telah tesebar luas di seluruh velan bumi dan sifatnya sangat spesifik terhadap spesiesnya.

Siklus Hidup

Siklus hidup ascaridia pada ayam berlangsung selama 35 hari. Telur cacing akan keluar bersamaan dengan tinja dan mencapai stadium larva pada alas kandang. Telur cacing di alas kandang menjadi infektif dalam waktu 5 hari. Suhu optimun untuk pertumbuhan adalah 32-34 0C. Sewaktu ayam sedang makan, telur infektif menetas dan kemudian menetas di dalam perutnya. Larva cacing melewati usus dan pindah ke selaput lendir. Periode perpindahan mungkin terjadi antara 10-17 hari dalam perkembangannya (Diyanti dkk., 1998; Levine, 1990; Ruff dan Norton, 1997).

Akoso (1998) mengatakan dalam waktu 35 hari cacing menjadi dewasa dan mulai bertelur. Setelah cacing ini menjadi dewasa akan meningalkan selaput lendir dan tinggal di dalam lumen usus. Ayam yang masih muda paling peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cacing ini. Dalam umur 2 atau 3 bulan ayam akan membentuk ketahanan (imunitas jaringan) terhadap cacing gilik. Kresno (1996) menambahkan infeksi ascaridia galli pada ayam umumnya singkat dan jarang meningalkan kerusakan permanent. Hal ini disebabkan karena tubuh ayam memiliki suatu kekebalan yang dapat melindungi tubuh mereka. System ini mampu melakukan reaksi yang cepat dan tepat untuk menyingkirkan materi asing tersebut. Salah satu organ yang memiliki system tersebut adalah saluran pencernaan (usus).

Immunoglobulin (Ig) ditemukan juga dalam saluran usus dan dinding usus (Tizard, 1988). Menurut hasil penelitian Warner dkk. (1971) yang disitasi oleh Brotowidjoyo (1987), bahwa IgG, IgM dan IgA dalam serum mudah untuk memasuki dinding usus dan mudah pula keluar bersamaan cairan usus. Semua Ig tersebut terbukti memegang peranan dalam proses kekebalan terhadap parasit walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa IgE yang paling pontesial, sebaliknya Zarret dan Bazen (1974) yang disitasi oleh Brotowidjoyo (1987), menjelaskan bahwa immunoglobulin tertentu berperan terhadap jenis-jenis parasit tertentu.

Pada dasarnya proses kekebalan terhadap parasit cacing berlangsung baik secara humoral maupun seluler (Kresno, 1996). Respon usus terhadap infeksi cacing adalah proses yang majemuk. Proses tersebut menurut poulan dkk. (1977) yang disitasi oleh Brotowidjoyo (1987), meliputi perusakan parasit oleh kekebalan humoral (antibody) dan pengeluaran cacing oleh reaksi kekebalan seluler.

Penularan

Infeksi silang antara jenis unggas satu ke jenis yang lain sangat kecil atau tidak ada. Semua kelas unggas periaraan memiliki kerentanan semangnya. Ascaridia untuk kalkun adalah Ascaridia dissimilis dan untuk angsa adalah Ascaris munidae. Infeksi terjadi karena unggas menelan telur cacing infektif bersama makanan (Akoso, 1998; Tabbu, 2002).

Saluran pencernaan usus halus bagian bawah merupakan habitat paling disukai parasit khususnya cacing, organ ini merupakan tempat lalunya zat-zat nutrisi, vitamin, mineral dan cairan serta merupakan tempat pencernaan protein, karbohidrat dan lemak menjadi bahan-bahan yang sederhana agar dapat diabsorbsi oleh tubuh (Ganong, 1979). Anatominya, yang khusus dengan vili yang semakin ke belakang semakin memanjang dengan kript-kriptanya yang dalam membantuk lekukan-lekukan yang memungkinkan parasit cacing yang ada disana mudah bersembunyi, mendapat makanan, berkembang biak dan mempertahankan diri (Miller, 1984; Cormack, 1987)

Gejala Klinis

Apabila jumlah cacing ascaridia galli dalam usus seekor ayam sedikit, maka cacing tersebut tidak menimbulkan gangguan pada ayam (Akoso, 1998; Anonimus, 2006). Sauvani (2008) dan Irawan (1996) menambahkan apabila jumlahnya cukup banyak akan menimbulkan ganguan kesehatan atau kematian terutama pada anak ayam. Anak ayam yang menderita cacingan akan memperlihatkan tanda-tanda seperti; tampak kurus, pucat, lemas, sayap agak terkulai, bulunya tidak mengkilat, terjadi diare bewarna keputih-putihan (seperti kapur, encer dan agak berlendir), pada anak ayam terjadi kematian yang banyak dan pada yang dewasa terjadi penurunan produksi telur.

Perubahan Pasca Mati

1. Perubahan anatomi (makroskopik); kerusakan terbesar terjadi sewaktu tahap perpindahan dari pertumbuhan larva cacing. Perpindahan dari dalam lapisan usus dapat menyebabkan radang usus mendarah, cacing dapat ditemukan secara relatif lebih banyak di lumen usus, seperti terlihat pada Gambar 1 (Akoso, 1998).

Tabbu (2002) menambahkan infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan mortalitas.

2. Perubahan histopatologi (mikroskopik); biasanya terlihat bahwa usus terjadi erosi sel epitel dan terlihat adanya hemoragi, sehingga ayam tersebut didiagnosa menderita ascaridiasis. Hemoragi yang terjadi pada usus kecil bisa menyebabkan usus mengalami ulserasi sel epitel. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan terjadinya obstruksi akut atau enteristis yang disebabkan oleh cacing atau protozoa akan terjadi penetrasi yang lebih dalam pada lapisan usus (Blood and Henderson, 1963). Disamping itu bisa terjadi nekrosis dan penebalan lokal pada lapisan muskularis yang akan mengakibatkan usus halus tidak berfungsi secara sempurna (Siahaan, 1993)