Kamis, 18 November 2010

cara memperbaiki hp

JIKA Anda mengalami sebuah peristiwa sial yaitu ponsel kebasahan atau terendam kedalam mesin cuci, maka Anda tidak perlu panik. Mungkin dapat mengikuti beberapa langkah dibawah ini:

1. Ambil handuk kering dan keringkan ponsel Anda. Jika ponsel berbentuk flip, maka Anda harus membukanya dan mengeringkan layar juga tombol tombol ponsel dengan handuk kering.
2. Lepaskan baterai dan gunakan handuk tersebut untuk mengeringkannya jika masih ada air di dalamnya
3. Tunggu kira-kira satu jam, kemudian letakkan kembali baterai ke posisi semula dalam ponsel Anda, dan berharap ponsel dapat hidup kembali. Namun jika tidak bisa juga, maka baterai sebaiknya dilepas, agar tidak merusak komponen ponsel yang lainnya.
4. Diamkan ponsel hingga hari berikutnya. Kemudian pada sore hari, bentangkan handuk di permukaan yang datar di halaman depan atau belakang rumah. Kemudian taruhlan ponsel di atasnya, berikut baterainya, untuk dikeringkan. Ketika hari sudah gelap, bawalah ponsel masuk ke rumah. Anda dapat mengulangi langkah ini dalam waktu sekitar lima hari.
5. Setelah beberapa hari pengeringan dengan sinar matahari, kemudian Anda dapat menggunakan blow dryer dengan panas yang rendah, dan menempatkannya sekitar 3 inch dari baterai ponsel. Anda dapat melakukannya sekitar 30 menit.
6. Kemudian letakkan baterai ponsel kembali ke ponsel, lalu coba nyalakan. Jika Anda melihat cahaya dari tombol-tombol ponsel Anda, bukan dari layar, maka hal ini adalah pertanda baik. Hal ini berarti ponsel masih dapat berjalan.
7. Cobalah untuk menekan nomor telepon seperti biasanya, walaupun dalam kondisi layar gelap. Jika terdapat nada panggilan, berarti layar Anda akan kembali suatu saat. Namun, jika tidak, maka Anda dapat mengeringkan ponsel Anda seperti langkah sebelumnya.
8. Jika ponsel Anda tidak ada perubahan dalam dua minggu, Anda mungkin harus membeli ponsel baru. Bagaimanapun, Anda dapat menunggu dan mengeringkannya kembali sesuai langkah di atas berulang kali, terlebih jika ponsel terendam dalam waktu lama, maka akan dibutuhkan waktu lama pula untuk pengeringannya.

Senin, 01 November 2010

Vasektomi

Vasectomy
Vasectomy adalah suatu tindakan pengikatan vas deferens yaitu mengeluarkan buluh dengan tindakan pembedahan istimewa pada vas deferens untuk menghambat pertemuan sperma dengan ovum pada hewan betina sehingga tidak terjadi fertilisasi (Jamilah, 2001).

Newman (2002) menyatakan bahwa vasectomy adalah pengangkatan ductus deferens, atau sebagian darinya secara bedah dilakukan untuk menghasilkan infertilitas. Cross-V; vasektomi yang dilakukan dengan memotong vas deferens kanan dan kiri kemudian bagian bawah masing-masing potongan (bagian yang masih melekat pada epididimis) saling diikat, teknik ini mencegah rekanalisasi sambil masih memungkinkan rekontruksi bedah.
Dalam metode yang lebih baru, vasektomi dapat dilakukan dengan cara tanpa pembedahan. Dengan metode ini, dokter hanya meraba saluran vas deferens di bawah kulit skrotum dan menahannya dengan sebuah penjepit kecil. Lalu sebuah alat khusus dipakai untuk membuat sebuah tusukan pada kulit skrotum dan memperlebarnya sehingga saluran vas deferens terlihat dan dapat dipotong serta diikat. Prosedur ini menghasilkan perdarahan yang sangat sedikit dan tidak diperlukan jahitan pada bekas luka tusukan yang dapat sembuh secara cepat dengan sendirinya (Anonimous, 2006).
Namun, metode vasektomi yang terbaru dikembangkan dengan cara benar-benar tidak menghasilkan pendarahan. Untuk menentukan lokasi vas deferens diraba di bawah kulit skrotum lalu dengan menggunakan sebuah penjepit plastik khusus, vas deferens ditahan agar tetap pada tempatnya di dalam lipatan kulit. Pada penjepit plastik itu tertanam sebuah transducer plastik melengkung yang menghasilkan gelombang suara ultra sebesar 5 watt. Bentuk transducer yang melengkung agar fokus gelombang suara ultra tersebut tertuju pada saluran vas deferens yang berada beberapa milimeter di bawah permukaan kulit. Tembakan denyut gelombang suara ultra yang selama 20 hingga 50 detik itu memanaskan vas deferens hingga 500C. Tembakan itu mematikan sel-sel di dalam dinding saluran yang kemudian membekukan dan menyumbat saluran (Anonimous, 2006).
Pada pemeliharaan hewan pejantan vasektomi menghambat kesuburan hewan jantan. Vasektomi ini kurang dianjurkan karena hewan akan aktif, agresif dan proses urinasi tetap berlangsung, produksi hormonal tetap berlangsung karena dihasilkan oleh sel-sel leydig’s tidak memberikan perubahan yang berarti akibat vasektomi (Fossum, 2002).
Faktor-faktor Utama FBD
1. Pendinginan makanan yang tidak tepat
2. Membiarkan makanan selama ³ 12 jam (penyajian)
3. Kontaminasi makanan mentah ke dalam makanan “non-reheating”
4. Penanganan makanan oleh pekerja yang menderita infeksi
5. Proses pemasakan dan pemanasan tidak cukup
6. Penyimpanan makanan dlm keadaan hangat < 65 °C
7. Pemanasan kembali makanan à suhu tidak tepat
8. Makanan berasal dari sumber yang tidak aman
9. Terjadi kontaminasi silang.

PENGERTIAN Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Suatu system yang mengidentifikasi BAHAYA SPESIFIK yang mungkin timbul dan cara pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut.

Tujuan HACCP
Umum
Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau mengurangi kasus keracunan dan penyakit melalui makanan (“Food born disease”).

Khusus
Mengevaluasi cara produksi mkn à bahaya ?
Memperbaiki cara produksi mkn à critical process
Memantau & mengevaluasi penanganan, pengolahan, sanitasi
Meningkatkan inspeksi mandiri

Kegunaan HACCP
Mencegah penarikan makanan
Meningkatkan jaminan Food Safety
Pembenahan & “pembersihan” unit pengolahan (produksi)
Mencegah kehilangan konsumen / menurunnya pasien
Meningkatkan kepercayaan konsumen / pasien
Mencegah pemborosan beaya

HACCP Plan Contains:
1. HACCP team
2. Definition of HACCP and CCP
3. Target of the HACCP system
4. Description product
5. Ingredients
6. Hazard Analysis and Assignment of Risk categories à form 1 & form 2
7. Process Flow Diagram
8. Decision tree for Establish CCP
9. HACCP plan matrix
10. Standard Operation Procedure
11. HACCP audit form


PRINSIP HACCP
1. Identifikasi bahaya
2. Penetapan CCP
3. Penetapan batas / limit kritis
4. Pemantauan CCP
5. Tindakan koreksi thd penyimpangan
6. Verifikasi
7. Dokumentasi

Luka Tusuk (Punctured Wound) Mata Pancing

LUKA TUSUK (PUNCTURED WOUND)

Definisi luka tusuk
Didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanis. Beberapa pasal memiliki definisi tersendiri tentang luka, berdasarkan kerusakan yang terjadi. Hal ini termasuk kerusakan pada organ-organ dalam. Pasal lain juga menyebutkan tentang derajat luka, tidak berdasarkan bentuknya namun berdasarkan akibatnya yang dapat membahayakan nyawa korban.
Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

Contoh :
- belati, bayonet, keris
- clurit
- kikir
- tanduk kerbau

Ciri luka tusuk
- tepi luka rata
- dalam luka lebih besar dari panjang luka
- sudut luka tajam
- sisi tumpul pisau menyebabkan sudut

Luka kurang tajam
- sering ada memar / echymosis di sekitarnya

Identifikasi senjata pada Luka tusuk:
1. Panjang luka :
- ukuran maksimal dari lebar senjata
2. Dalam luka :
- ukuran minimal dari panjang senjata
Mekanisme luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada dareah yang lebih kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal, sementara pada torsi mungkin tidaka memberikan efek pada jaringan adiposa namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka maka dapat dibagi IV stadium :
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

PELAKSANAAN PENANGANAN LUKA TUSUK (PUNCTURED WOUND)
PERSIAPAN ALAT STERIL :
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurge
3. Gunting
4. Bengkok
5. Kom kecil
6. Kassa
7. Kapas
8. Hand scoen
9. Spuit
10. NaCl
11. Mess

ALAT DAN BAHAN :
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Verban
4. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine)
5 Tempat sampah
6. Lidokain injeksi sebagai anasthesi
PELAKSANAAN :
1. membersihkan luka
2. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl
3. Memberikan diclor ethil atau lidokain
4. setelah hewan teranestesi ambil benda tajam yang ada
5. Dikeluarkan darahnya dan dibersihkan dengan bethadine
6. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril
7. Tutup luka dengan kasa steril
8. Mencatat kegiatan dan hasil observasi
9. Alat dibereskan dan dibersihkan
10. cuci tangan

Penyembuhan Luka tusuk
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan.
Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.

Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka yaitu:
(1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan
(2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga,
(3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,
(4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,
(5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, dan Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan.

a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka.
Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme Luka dan Perawatannya.
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis.
Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan


b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast Luka dan Perawatannya berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.

c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.

d. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut selama 2 – 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.

e. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka merekat kuat.

Perawatan Luka bertujuan :
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien




DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2009. Kumpulan Artikel Keperawatan http://www.artanto.com
Anonimous ,2008. http://indofirstaid.tk
Anonimous, 2008. http://titik-awal.blogspot.com/,
Anonimous, 2008. http://www. primarytraumacare.org/ptcmam/training/Ppd/pt indo.pdf/
Aesculapius,2008.http://health.groups.yahoo.com/group/indofirstaid/24,04,
Oswari E, 1993.Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta,.